
PURBALINGGA, WARTAPERWIRA.COM – Minggu (21/9) Pemerintah Kabupaten Purbalingga terus mendorong penguatan ekosistem literasi sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Melalui Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus), Pemkab bekerja sama dengan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Bahasa Kemendikbudristek RI, menggelar bimbingan teknis peningkatan SDM literasi yang berlangsung di Hotel Braling, Sabtu (20/9).
Sebanyak 60 pegiat literasi dari berbagai komunitas di Purbalingga mengikuti kegiatan ini. Mereka dibekali keterampilan membaca kritis, menelaah informasi, serta memanfaatkan teknologi digital secara bijak dalam kehidupan sehari-hari.
Yessi, perwakilan dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan membangun budaya literasi yang adaptif terhadap perkembangan zaman. “Harapannya, peserta tidak hanya mampu memahami informasi secara mendalam, tetapi juga menularkannya kepada masyarakat sekitar sebagai agen literasi,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Badan Bahasa, Hafidz Muksin, menekankan pentingnya menyikapi kemajuan teknologi secara bijak. Menurutnya, meski gawai menawarkan kemudahan akses informasi, penggunaannya perlu diarahkan agar tidak terjebak pada konten yang kurang bermanfaat.
“Budaya baca harus dimulai dari diri sendiri. Bacaan yang baik akan terus memberi manfaat dan memperkaya wawasan,” tuturnya. Ia juga memperkenalkan portal https://budi.kemendikdasmen.go.id yang menyediakan beragam buku digital gratis untuk masyarakat.
Muksin turut mengapresiasi komitmen Pemkab Purbalingga dalam membangun budaya literasi, termasuk melalui keberhasilan berturut-turut dalam meraih penghargaan UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) Adaptif Merdeka selama tiga tahun terakhir.
“Dengan kepemimpinan Bupati Fahmi M. Hanif, kami optimis ekosistem literasi di Purbalingga akan semakin solid,” tambahnya.
Kepala Dinarpus Purbalingga, Sadono, mengungkapkan bahwa **Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM)** Purbalingga mengalami peningkatan signifikan—dari 57 pada 2023 menjadi 70,28 di tahun 2024.
Namun, tantangan masih ada. “Kami terus berupaya meyakinkan berbagai pihak tentang pentingnya keberadaan perpustakaan sebagai pusat pengetahuan masyarakat,” jelasnya. Ia berharap para peserta bimtek mampu mengimplementasikan ilmu yang diperoleh untuk mendorong kemajuan literasi di lingkungannya masing-masing.
“Peserta ini kami harapkan menjadi agen perubahan, penggerak literasi di komunitasnya. Karena literasi adalah fondasi pembangunan masyarakat,” pungkas Sadono.
(FH/kominfo – Redaksi Warta Perwira)