
Ilustrasi proses komunikasi verbal dan non verbal dalam sistem pemerintahan (Sumber : Freepik)
WARTAPERWIRA.COM – Pada salah satu pojok warung kopi, sering kita lihat obrolan warga yang berdiskusi tentang berbagai hal yang menjadi pembicaraan publik. Namun biasanya yang paling menonjol adalah diskusi mengenai politik. Mengingat politik adalah salah satu aspek yang menarik untuk menjadi pembicaraan publik dan tidak pernah selesai. Apalagi yang menyangkut peraturan kebijakan pemerintah berkuasa. Semuanya dapat kita lihat dalam konteks komunikasi. Melalui komunikasi apapun dapat disampaikan terutama yang terkait dengan politik termasuk didalamnya mengenai kekuasaan.
Komunikasi verbal adalah salah satu instrument yang sangat ampuh dalam menciptakan, menegakan dan mempertahankan kekuasaan. Dalam ranah komunikasi, kita tidak hanya berbicara bagaimana suatu pesan disampaikan pada pihak lain. Namun lebih dari itu adalah bagaimana membentuk persepsi, mengontrol narasi dan mempengaruhi sikap dalam bentuk perilaku.
Komunikasi verbal memiliki kemampuan didalam membentuk suatu realitas dunia, berupa narasi-narasi besar yang menjadi perhatian publik. Penguasaan ini tentunya akan menguasai pemikiran dan perilaku setiap orang, melalui komunikasi nilai-nilai, ideologi maupun suatu norma yang mendukung struktur kekuasaan dapat dikenalkan dan disebarluaskan pada publik. Sehingga dapat membentuk penguatan suatu legitimasi nilai-nilai yang sudah terlembagakan sebelumnya. Misal suatu media massa yang dikuasai oleh negara dalam kontennya selalu memberikan hal-hal positif baik pada pemimpinnya maupun pada program-program pembangunannya.
Kellner dalam Chakim (2021) menguatkan bahwa media komunikasi sebagaimana lembaga-lembaga seni, agama, pendidikan, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa. Pemahaman ini menguatkan pada kita bahwa salah satu kekuatan komunikasi dalam kekuasaan dapat dilakukan melalui media massa.
Komunikasi verbal secara ektensif dapat juga digunakan dalam kegiatan propaganda, adanya penyebaran informasi bias, menyesatkan untuk mengenalkan pandangan-pandangan baru tertentu. Melalui komunikasi pula, komunikasi dapat membingkai suatu isu menentukan aspek mana yang ditentukan,? bagaimana masalah didefinisikan,? dan solusi apa yang diinginkan.? Hal-hal ini tentunya merupakan alat komunikasi yang menentukan dalam kekuasaan.
Selain itu bahasa dan gaya komunikasi verbal dapat memperkuat tingkatan status kekuasaan dalam masyarakat. Penggunaan gelar penyebutan jabatan resmi, jargon-jargon bahasa teknis, dalam organisasi komunikasi formal menjadi penegas rantai komando yang jelas dalam mendukung struktur kekuasaan.
Komunikasi simbolik non verbal
Baca Juga:
Tidak hanya kata-kata maupun tulisan yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi dalam kekuasaan. Lainnya yang tidak kalah penting adalah membangun komunikasi simbolik non verbal yang dapat menegaskan bahkan menguatkan alat komunikasi dalam membentuk kekuasaan.
Gestur dan bahasa tubuh seperti berjalan, berdiri dan duduk dapat memancarkan dominasi subordinasi. Para pemimpin seringkali dilatih untuk menampilkan bahasa tubuh yang percaya diri, berwibawa dan meyakinkan. Komunikasi nonverbal ialah menyampaikan arti (pesan) yang meliputi ketidakhadiran simbol-simbol suara atau perwujudan suara. Salah satu komunikasi nonverbal ialah gerakan tubuh atau perilaku kinesik, kelompok ini meliputi isyarat dan Gerakan serta mimik. Cara penutur memelintir rambut atau menyentuh hidung, cara melipat tangan atau menyilangkan kaki, mengungkapkan banyak hal tentang penutur orang lain. Apakah penutur bersikap terbuka atau menyembunyikan sesuatu (Yolanda et al 2021).
Hal lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana cara seseorang berpenampilan melalui pakaian-pakaian yang dikenakannya. Pakaian seragam, pakaian resmi atribut-atribut tertentu yang menempel dalam pakaian seperti kepangkatan. Secara simbolis mengkomunikasikan status dan kekuasaan.
Bendera, simbol-simbol tongkat, upacara resmi adalah adalah bentuk komunikasi non verbal yang kuat yang memperkuat identitas kolektif dan kesetiaan terhadap struktur kekuasaan. Pengaturan ruangan dalam pertemuan-pertemuan resmi, dimana posisi pemimpin dalam penataan meja dan kursinya lebih tinggi dibandingkan dengan jarak undangan yang hadir, cara-cara pengawal yang mengawal dengan badan dan muka kaku adalah merupakan cara komunikasi non verbal untuk menegaskan suatu kekuasan.
Dalam praktiknya mana yang lebih dominan digunakan, komunikasi verbal atau non verbal? secara ideal kedua-duanya dapat digunakan untuk saling memperkuat. Terutama dalam menegaskan atas pesan-pesan komunikasi yang kita sampaikan, sehingga muatan makna yang kita maksudkan dapat dipahami oleh pihak yang berkomunikasi dengan kita.
Ketika berbicara komunikasi, tidak hanya mengenai pesan dengan muatan makna yang disampaikan. Namun setiap aspek komunikasi adalah wujud dari dari dinamika kekuasaan yang berkelanjutan. Memahami komunikasi verbal non verbal sebagai alat kekuasan adalah memahami peran komunikasi sebagai kunci untuk menganalisa struktur sosial, politik dalam suatu sistem pemerintahan dan masyarakat.
(Redaksi Warta Perwira)