04.10.2025
Ketika Teks Berita Keluar dari Penuturnya

Ilustrasi teks-teks berita di media cetak (Dok : iStock)

WARTA PERWIRA.COM-Suatu Teks berita apapun secara verbal tulisan adalah merupakan sebuah pesan yang hendak disampaikan oleh seorang wartawan pada publik. Pesan tersebut berupa hasil liputan data dan fakta dilapangan yang telah di moderasi oleh redaksi, untuk diterima oleh publik secara sadar dalam merubah sikap, pendapat dan perilaku.

Kemahiran dan kecakapan seorang wartawan didalam menyusun teks berita tentunya merupakan hal yang sangat menentukan, ketika pesan isi berita yang disampaikan dapat diterima, dipahami dan dilaksanakan oleh publik. Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan karena biasanya suatu informasi berita terkait dengan kepentingan-kepentingan publik yang lebih luas.

Keberhasilan suatu teks berita apabila dipahami publik, hal ini menandakan bahwa seorang wartawan sudah terbiasa, terlatih dan mahir dalam menyusun deskripsi narasi liputan atas berita yang disampaikan dengan kalimat-kalimat pendek, bahasa lugas yang dipahami dengan pengetahuan publik secara umum.

Namun terkadang masih sering ditemukan oleh kita pemahaman publik yang berbeda dengan kehendak wartawan dalam tulisannya. Bahkan tidak jarang publik miss informasi mempertanyakan makna pesan berita, pengulangan istilah-istilah tertentu, yang tentunya membuat publik bertanya dan kebingungan.

Pada dasarnya sebuah tulisan teks berita adalah narasi-narasi wartawan dalam menyampaikan beritanya pada publik untuk diketahui, diterima dan dipahami, selanjutnya disikapi. Persoalannya adalah ketika teks berita diterima oleh publik, maka publik mempunyai kebebasan untuk menafsirkan atas teks berita yang diterimanya.

Merujuk pemikiran Umberto Uco (2025) mengemukakan pandangannya bahwa, sebuah teks yang telah dipisahkan dari penutur dan kondisi aktual pengucapannya akan mengapung dalam ruang hampa yang memungkinkan munculnya penafsiran tak terbatas. Tak ada teks yang dapat ditafsirkan menurut makna resmi yang pasti, orisinil dan final.

Pandangan tersebut dapat kita pahami bahwa, ketika informasi berita sudah berada di ruang publik, informasi berita tersebut berada dalam ruang kosong artinya setiap orang akan menafsirkan sesuai dengan pemahamannya masing-masing secara bebas.

Apakah teks berita yang sudah diterima publik, otomatis langsung di tanggapi? Belum tentu adakalanya proses penerimaan suatu teks berita, dicoba untuk dipahami sampai pada tingkatan tertentu sulit bagi publik untuk  menerjemahkan barisan teks yang dibacanya.

Munculnya hak jawab, hak koreksi adalah beberapa diantara permasalahan yang sering kita temukan dalam kegiatan jurnalistik. Hal tersebut menggambarkan pada kita bahwa, tulisan teks-teks berita belum tentu langsung ditanggapi secara positif oleh publik. Mengingat publik mempunyai wewenang otoritas untuk menafsirkan teks berita berdasarkan versinya sendiri.

Beberapa kasus pemberitaan. Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Pers Dewan Pers, Muhammad Jazuli (2025) Jumlah pengaduan masyarakat terhadap pemberitaan media melonjak tajam pada semester pertama tahun ini. Dewan Pers mencatat sebanyak 780 pengaduan masuk sepanjang Januari hingga Juni 2025, menjadikannya angka tertinggi dalam empat tahun terakhir untuk periode yang sama. Kenaikan ini menjadi sinyal kuat bahwa dinamika hubungan antara media dan masyarakat kini memasuki fase baru lebih kritis, lebih terbuka, namun juga penuh tantangan.

Tren ini sebagai indikasi dari dua hal penting. Di satu sisi, publik kini semakin menyadari hak-haknya dalam mengoreksi pemberitaan yang dianggap tidak akurat atau tidak adil. Namun di sisi lain, tingginya angka pengaduan juga menunjukkan bahwa sebagian media terutama media daring masih belum sepenuhnya patuh pada standar etika jurnalistik.

Telaah teks berita melalui identifikasi publik

Sebuah media ketika akan menjalankan peran melalui fungsi-fungsinya diruang publik, setidaknya sudah mengidentifikasi dan menginventarisir sasaran publik yang akan di jadikan target marketnya. Beberapa target market yang biasa dibidik adalah : Umum (semua kalangan) tertentu (berdasarkan kualifikasi-kategori ) pemuda, dewasa, orang tua, laki-laki, Perempuan, kalangan profesi.

Proses identifikasi publik penting untuk dilakukan agar fungsi-fungsi informasi, edukasi, kontrol berupa pesan yang disampaikan pada publik akan tepat sasaran. Sehingga konstruksi teks berita  akan menyesuaikan dengan latar belakang publik.

Inventarisir kebutuhan publik berdasarkan identifikasi diatas, dalam proses inventarisir minimal media memahami konsep rubrik-rubrik konten apa yang cocok untuk di sampaikan pada publik. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada isi, tampilan gambar dan audio media ( media cetak, online maupun siaran).

Penempatan bentuk media yang akan digunakan, khusus bagi media yang mempunyai multimedia dalam peran dan fungsinya. (cetak-online-media sosial, cetak-online-siaran-media sosial, online-media sosial) sangat menentukan pada narasi teks berita yang akan disampaikan pada publik.

Dalam identifikasi publik ini, aspek-aspek diatas akan saling terkait dan berpengaruh didalam penyusunan teks berita. Bagaimana suatu teks berita menggunakan bahasa, istilah, diksi yang tepat dapat digunakan dengan penuh perencanaan dan pertimbangan yang matang.

Kombinasi kecakapan wartawan dan Kode Etik Jurnalistik

Siapapun yang akan atau sudah menjadi profesi wartawan, sudah seharusnya selalu banyak belajar dan berlatih dalam meningkatkan kemampuan pemahaman sebagai seorang wartawan terutama dalam penulisan. Mengingat kapasitas dasar seorang wartawan adalah kemampuan menulis.

Tentunya menulis yang baik selalu diawali dengan banyak membaca sumber referensi apapun, termasuk yang ada hubungannya dengan segala hal tentang jurnalistik. Proses ini secara alamiah akan menjadi modal penting dalam peningkatan kualitas hasil karya jurnalistik seorang wartawan.

Hal lain yang tidak kalah penting dan merupakan prioritas utama bagi seorang wartawan adalah kemampuan pemahaman Kode Etik Jurnalistik  (KEJ) sebagai rambu-rambu utama dalam pelaksanaan tugas.

Dua kemampuan ini, tentunya akan menjadi sebuah kekuatan profesi wartawan ketika tulisan-tulisannya berupa teks berita menjadi makna-makna yang selalu dipahami oleh publik sebagai aliran pesan informasi berita yang taat pada aturan main, dan selalu mencerahkan serta menguatkan publik, dimana hasil karya jurnalistiknya akan selalu diapresiasi dan dikenang.

(Redaksi Warta Perwira)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *