01.07.2025
Ketika Opini Publik Media Sosial Menjadi Rujukan

Ilustrasi proses sebar informasi, visual melalui media sosial untuk membentuk opini publik (Sumber:Freepik)

WARTAPERWIRA.COMApabila kita kilas balik  kasus Arab Spring 2010 terjadinya perubahan besar-besaran di dunia Arab akibat serangkaian gelombang protes, sebagai efek Opini publik  media sosial  memunculkan  pemberontakan dan revolusi yang melanda sebagian dunia Arab. Adalah Mohamed Bouazizi seorang pemuda yang berprofesi sebagai penjual buah dan sayur kaki lima di kota Sidi Bouzid Tunisia. Jualannya disita oleh petugas kota dan ia dihina,  serta ditampar oleh seorang inspektur wanita. Sebagai bentuk protesnya terhadap korupsi, penindasan dan kurangnya prospek hidup, Bouazizi membakar diri di depan kantor pemerintah setempat.

Kematiannya memicu gelombang kemarahan dan demontrasi yang meluas di seluruh Tunisia, video dan berita mengenai kematian Bouazizi menyebar dengan cepat melalui media sosial Facebook, X (dulu Twitter) dan platform media lainnya. Hal ini membangkitkan kesadaran bersama dikalangan rakyat Tunisia.

Rekam jejak peristiwa diatas, memberikan gambaran nyata pada kita bahwa, media sosial telah memposisikan diri dan bertransformasi menjadi kekuatan yang mampu membentuk, mempengaruhi bahkan menjadi rujukan utama bagi sebuah Opini publik. Fenomena ini memiliki pengaruh yang luas dalam berbagai aspek kehidupan, dari aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Media sosial sebagai salah satu konsekuensi kemajuan teknologi digital pada saat ini menjadi sumber informasi yang paling sering digunakan oleh setiap orang dan merupakan media komunikasi informasi sebagai pilihan utama. Hanya dengan modal  ponsel termasuk yang kw sekalipun dan kuota, setiap orang hanya tinggal tap pada pilihan media sosial. Akan terbuka seluruh ragam informasi yang siap memberikan informasi  penting, hiburan, refreshing semuanya ada di media sosial.

Whatsapp, Facebook, Tiktok, Instagram, X, Youtube adalah media-media sosial yang kerap hadir di depan mata kita, ketika kita memilih salah satunya sebagai sumber informasi yang kita butuhkan. Hal tersebut selaras dengan data datareportal.com indonesia dalam Pierre Reiner ( GoodStats 1/7/2024) Secara lebih luas, 75% dari total basis pengguna internet di Indonesia menggunakan setidaknya satu platform media sosial pada bulan Januari 2024. Saat itu, 46,5% pengguna media sosial di Indonesia adalah perempuan, sementara 53,5% adalah laki-laki,” tulis We Are Social dalam laporannya.

Dari data tersebut, sebanyak 57,1% responden mengaku menggunakan media sosial untuk tetap terhubung bersama keluarga maupun rekannya masing-masing. Oleh karena itu, setidaknya terdapat 53,1% responden yang mengikuti akun media sosial teman, keluarga, atau kerabat.

Dalam pola komunikasi yang kita lakukanpun mengalami pergeseran bentuk komunikasi, yang dulunya tatap muka sekarang tidak perlu bertemu langsung cukup dimediasi oleh media sosial. Begitu pula informasi-informasi yang kita butuhkan semuanya sudah ada dan tersedia. Hal ini membuat kita lama betah berjam-jam tanpa melakukan aktifitas apapun karena hanyalah menelusuri lautan informasi.

Namun satu hal yang sering tanpa kita sadari adalah ekses negatif dalam penggunaan yang tidak seharusnya suatu media sosial, terkadang kita lupa apa yang kita tulis, upload suatu video, kegiatan sosial atau apapun kegiatan lainnya. Apabila ingin kita bagikan pada relasi kita hanya dalam hitungan detik sudah diterima menembus ruang, batas dan waktu.

Tentunya apabila sudah menjadi konsumsi masyarakat luas, akan membentuk suatu opini publik. Apabila opini publiknya positif tentunya nilai kebaikan yang akan kita terima. Sebaliknya apabila negatif, siap-siap kita diserang oleh komentar-komentar pihak lainnya. Opini publik media sosial tidak hanya terkait dengan individu, dalam lingkup yang lebih luas dapat menyasar pada kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Cutlip dan center (dalam Sastropoetro, 1987) (dalam Juariyah 2019) menyebutkan bahwa opini adalah kecenderungan untuk memberikan respons terhadap suatu masalah atau situasi tertentu.

Hal mendasar opini publik media sosial menjadi rujukan

Dalam konteks kekinian suatu opini publik melalui media sosial, hanyalah dalam hitungan waktu dapat langsung terjadi, karena ditunjang oleh kemajuan teknologi digital yang di mediasi oleh internet. Begitu pula dengan opini publik media sosial yang selalu menjadi rujukan, karena beberapa hal.

Media sosial sangat mudah diakses oleh siapa saja dengan koneksi internet, menjadikannya sumber informasi yang cepat dan langsung. Selain itu adanya perubahan pola konsumsi  masyarakat modern terhadap informasi, awalnya dari media konvensional ( Televisi, radio, koran) sekarang beralih ke media sosial sebagai sumber berita dan informasi utama.

Media sosial sering dianggap gambaran nyata yang mewakili suara masyarakat terpinggirkan dan merupakan cerminan langsung dari perasaan dan pemikiran masyarakat pada tingkat akar rumput. Individu maupun pemerintah dapat melihat langsung tanggapan reaksi publik terhadap tindakan-tindakan kita ataupun kebijakan pemerintah.

Faktor lainnya yang sangat berpengaruh adalah peran opinion leader yang mempunyai pengikut massa yang banyak, dapat mengarahkan pengikutnya untuk menyikapi suatu opini publik. Yang tidak kalah pentingnya adalah andil algoritma yang menampilkan konten yang relevan dan menarik bagi pengguna, memperkuat trend opini tertentu.

 Upaya penting untuk menyikapi  opini publik media sosial

Walaupun memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi masyarakat mengenai suatu opini publik media sosial. Tentunya  perlu upaya dilakukan secara kritis dan cermat sebagai sikap kita atas opini publik media sosial.

Bahwa suatu opini publik di media sosial tidak selalu mewakili seluruh jumlah masyarakat. Faktanya pengguna media sosial seringkali bias, karena lebih didominasi anak muda. Tersebarnya akun-akun palsu yang dominan melakukan disinformasi dapat memanipulasi opini publik untuk tujuan tertentu.

Kualitas opini publik belum tentu dapat dipertanggungjawabkan hal ini dapat ditelaah ketika kita membedakan antara fakta dan fiksi, opini yang didasari data atau sekedar kepentingan emosi sesaat. Adanya kecenderungan istilah over generalisasi, bahwa suatu sentimen pribadi dijadikan seolah-olah pandangan mayoritas.

Opini publik media sosial telah menjadi kekuatan yang tidak terhindarkan dan seringkali menjadi rujukan utama dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat modern. Kemampuannya untuk menyebarkan informasi secara instan, memobilisasi massa dan membentuk persepsi kolektif menjadikannya sebagai alat yang ampuh.

Menggunakannya dengan bijak adalah kunci untuk menavigasi lanskap informasi di era digital saat ini, pemerintah dan individu harus mampu melihat upaya ini dengan baik.

(Redaksi Warta Perwira)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *