04.08.2025
Idul Adha antara Ritual Potong Hewan Qurban dan Perilaku

Ilustrasi hewan qurban domba (Sumber : Freepik)

WARTAPERWIRA.COM- Setiap tanggal 10 Dzulhijjah pada kalender Hijriah semua umat islam di Indonesia  merayakan hari https: Idul Adha dengan memotong hewan qurban yang telah menjadi peruntukannya, hal tersebut diingatkan pada umat Islam tentang ketakwaan dan ketulusan  nabi Ibrahim  AS atas perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya nabi Ismail AS. Semua dilakukan atas ridhonya pada Allah SWT, akhirnya nabi Ismail AS berubah wujud menjadi seekor domba. Firman Allah dalam QS. Al-Haji ayat 37 : “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untuk-mu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Esensi dari memotong ini adalah sang pencipta Allah SWT menguji ketaatan dan ketulusan hambaNYA dalam menjalankan perintahNYA sebagai sang Khalik penguasa alam semesta. Artinya apapun yang menjadi perintah Allah SWT senantiasa menjadi hal utama bagi seluruh umat muslim didalam menjalankan semua kewajibanNYA, perintahNYA dan menjauhi laranganNYA. Memotong hewan qurban tidak semata-mata teknis memotong namun lebih dari itu merupakan makna kepedulian, selalu berbagi dengan sesama yang didistribusikan pada tetangga dekat yang membutuhkan, fakir miskin dan siapapun yang kekurangan bisa ikut merasakan kebahagiaan dalam hari Idul Adha ini.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah memotong dan menyumbangkan hewan qurban ini menjadi suatu  ketaatan dan ketulusan pada Allah SWT? Dimana ketika saat ini aspek materialisme menjadi satu-satunya sebagai berhala dalam kehidupan manusia ataukah sebagai ritual tahunan semata? semuanya hanyalah sebagai formalitas, karena status sosial?  Artinya hal tersebut dijadikan seremonialisme belaka dilakukan setiap  Idul Adha, Orang yang mempunyai kelebihan rizki sengaja membeli domba dan sapi dalam jumlah banyak hanyalah sekedar ingin dilihat dan disebut sebagai orang yang dermawan, berjiwa sosial dan peduli.

Makna hakikinya belum terasa oleh kita, terutama dalam konteks perilaku keseharian diluar Idul Adha. Kita masih melihat dilapangan masih ada masyarakat kaum dhuafa, kaum  papa yang masih kekurangan, anak-anak yatim yang masih terlantar, kelompok masyarakat miskin yang termarginalkan, yang belum tersentuh oleh kita.

Memang tidak harus dimaknai semuanya menjadi tanggung jawab kita, namun nilai-nilai spirit keagamaan kepedulian dalam keseharian yang masih perlu ditumbuhkan pada sesama. Nilai nilai spirit keagamaan ini bisa menjadi nilai yang menyebar ke yang lain yang mempunyai kemampuan untuk saling berbagi. Sehingga apapun  yang menjadi kebutuhan dan keinginan  masyarakat tidak mampu, minimal terakomodir dan menjadi penyejuk jawaban atas harapannya.

 Ritual potong hewan qurban

Melalui Idul Adha  diharapkan mampu menumbuhkan rasa empati dan solidaritas, mengurangi kesenjangan sosial dan mempererat tali persaudaraan. Muhtadi (2024) menegaskan memaknai Idul Adha dan praktik kurban merupakan sikap solidaritas sosial yang timbul dengan adanya kita berbagi hewan kurban dengan mereka yang membutuhkan, serta menunjukan rasa kepedulian dan dukungan terhadap sesama untuk mencapai nilai-nilai kesejahteraan.

Hal lain potong hewan qurban dalam Idul Adha ini adalah merupakan proses simbolisasi, sekaligus sebagai perekat ikatan sosial antar saudara sesama muslim secara berkesadaran  khususnya pada masyarakat yang tidak mampu, didalam merawat dan menjaga keseimbangan  antara aspek habluminallah dan habluminanas, yang dilakukan secara terus menerus secara konsisten.

Secara mendasar dan keseluruhan  Idul Adha adalah amal perbuatan yang terkait dengan pengorbanan yang dilandasi oleh ketaatan, keikhlasan dan kepedulian sosial. Semua akan bermuara pada peningkatan ketakwaan dan ketaatan pada Allah SWT. Hal ini bukan hanya sekedar ritual  pemotongan hewan qurban, tetapi sebuah ajaran moral dan spiritual yang mendalam bagi kehidupan seorang muslim.

(Redaksi Warta Perwira)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *