11.12.2025
Berita Bencana Sumatera dalam Framing Robert Entman

Ilustrasi berita bencana (Sumber : Pixabay)

 WARTAPERWIRA.COM –Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat kenaikan jumlah korban meninggal dalam banjir Sumatera pada Rabu, 10 Desember 2025. Dalam dashboard geoportal penanganan darurat banjir dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, BNPB mencatat jumlah korban meninggal sebanyak 969 orang.

Rinciannya, korban meninggal di Aceh mencapai 391 orang. Kemudian Sumatera Barat 238 jiwa dan 340 di Sumatera Utara. Akumulasi jumlah korban jiwa itu lebih tinggi dari data yang dilaporkan BNPB pada 9 Desember 2025 di mana sebanyak 964 orang meninggal dalam bencana tersebut. (Tempo, 10/12/2025).

Tentunya  musibah bencana banjir dan longsor yang melanda ketiga propinsi di Sumatera tahun 2025 ini, meninggalkan kepedihan, kesedihan dan duka yang mendalam bagi masyarakat yang terdampak . Kehilangan tempat tinggal, kesulitan mendapat makanan, terisolasi wilayah karena dampak bencana.

Empati berbagai pihak dilakukan melalui penggalangan donasi dan barang-barang logistik untuk memberikan bantuan sosial bencana baik secara perorangan maupun kelompok. Begitu pula pihak pemerintah melakukan upaya-upaya terencana dan konstruktif dalam upaya melakukan perbaikan seluruh sarana infrastruktur yang rusak, juga pemulihan harapan  warga yang terdampak.

Hal utama dalam kondisi kebencanaan adalah peran media massa dalam menjalankan fungsinya sangat menentukan kondisi maupun keberadaan suatu lokasi bencana beserta warga yang terdampak. Sekecil apapun informasi berita yang disampaikan sangat menentukan segala hal yang akan terjadi selanjutnya, termasuk ranah kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah.

Disinilah kualitas informasi berita yang di sampaikan diruang publik oleh media massa dipertaruhkan, minimal memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat dan senantiasa beracuan pada Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang baik dan benar.

Dalam situasi bencana saat ini, kemungkinan bias-bias informasi sesak berita hadir diruang publik dengan beragam variasinya, terutama sumber-sumber informasi dari media sosial. Hal ini pada masyarakat terdampak tentunya akan memunculkan ketidaktenangan, kekhawatiran dan ketakutan akan bencana susulan.

Adalah Robert N. Entman seorang guru besar studi media dan opini publik University of Wisconsin–Madison, Northwestern University, dan George Washington University. Mengagas framing (pembingkaian ) informasi suatu media massa dengan tujuan untuk merubah dan membawa sikap publik  atas suatu isu berdasarkan isu-isu yang ditampilkan dan penonjolan fakta-fakta oleh media massa.

Telaah framing Robert Entman atas berita bencana Sumatera

Entman (2002) mengurai seleksi isu dan penonjolan fakta bencana melalui empat tahapan yang dapat digunakan oleh media massa dalam mempengaruhi sikap publik atas suatu isu bencana di Sumatera. Dalam konteks ini tiga unsur dalam proses pemberitaan sangat berpengaruh dan berperan : Wartawan, sumber informasi dan masyarakat

Jelasnya media massa tidak hanya menyampaikan sebatas informasi berita normatif tentang kebencanaan, lebih dari itu media massa harus mampu memberikan pemahaman suatu isu berdasarkan fakta dilapangan berupa data-data yang didapatkan harus benar-benar secara langsung diantaranya kondisi masyarakat, kerusakan infrastruktur, rusaknya alam yang ada. (Define problem)

Selanjutnya media massa harus mampu pula menganalisa masalah secara jernih dan utuh  penyebab bencana berdasarkan konfirmasi informasi dari sumber-sumber informasi terkait, terutama sumber informasi yang menjadi sumber bencana penebang dan perusak hutan (Diagnose causes).

Adanya argumentasi atau alasan logis yang ditampilkan melalu sumber informasi yang dapat dipercaya dalam menegaskan atas bencana yang terjadi atas dasar nilai-nilai kepatutan dan moralitas. Dalam hal ini sumber-sumber informasi yang dikonfirmasi oleh media massa dari tokoh masyarakat, tokoh adat maupun para pakar ahli akademisi kebencanaan  (Make moral judgement).

Terakhir Bagaimana media massa mampu memberikan penyelesaian bencana melalui informasi yang disampaikan pada masyarakat berdasarkan sumber informasi yang mempunyai keahlian secara teknis beberapa diantaranya Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB), Badan Meteologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), (Treatment recommendation).

Ke-empat telaah Entman ini, dalam proses pemberitaan media massa selalu berlandaskan pada ketentuan KEJ sehingga kondusifitas suasana masyarakat yang terdampak bencana akan tetap dalam kondisi memahami, tenang dan terjaga.

Kualitas informasi berita yang baik

Peran media massa melalui para wartawannya dalam suasana bencana sangatlah penting dan diperlukan, ketika masyarakat membutuhkan asupan-asupan informasi yang baik, benar dan konsisten secara positif.

Memang tantangannya tidak mudah untuk liputan pada suatu lokasi yang terkena bencana longsor, banjir. Bagi wartawan tentunya dibutuhkan keuletan, kerjasama, konsistensi untuk selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat dalam penugasannya.

Berproses secara profesional bagi seorang wartawan dalam membantu masyarakat terdampak, secara otomatis akan selalu menjaga kualitas informasi berita yang baik pula dan selalu memberikan pencerahan, penguatan bagi masyarakat atas informasi berita yang dihasilkan.

Redaksi Warta Perwira

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *