Ilustrasi Hate Speech-Ujaran Kebencian (Dok : iStock)
WARTAPERWIRA.COM-Saat ini publik di hebohkan dengan ungkapan salah seorang akun dengan nama Resbobb mengatakan etnik Sunda disamakan dengan kata-kata yang tidak patut dan pantas, terlihat dalam video live streaming yang di unggah Resbobb ungkapannya disertai rasa marah dan diulang-ulang.
Setelah mendapat reaksi keras dari netizen, akun Resbobb dengan nama asli Muhammad Adimas Firdaus mengklarifikasi penyampaian permintaan maaf dan penyesalannya melalui akun Tiktok dan Instagram pribadinya pada semua etnik Sunda. Klarifikasi yang disampaikan di ucapkan diluar kesadaran menurutnya, raut wajahnya terlihat seperti sebuah penyesalan.
Permintaan maaf dan penyesalan Resbobb, tidak menghentikan kekecewaan orang Sunda atas ucapannya di video yang diunggah. Pemilik akun Instagram @arvio_pratama resmi melaporkan Adimas Firdaus – Resbobb ke Sat Reskrim Polresta Bandung atas dugaan ujaran kebencian dan penghinaan.
Kita ketahui bersama, Indonesia dibangun berdasarkan kesatuan berbagai etnik dan budaya yang beragam : Sunda, Jawa, Batak, Ambon, Minang, Dayak. Tentunya tidak mudah untuk mempersatukan keragaman yang dimiliki oleh bangsa kita selama ini, termasuk dalam hal ini para penjajah yang menganeksasi Indonesia mengalami kesulitan dikarenakan kuatnya etnik budaya masyarakat Indonesia.
Keragaman etnik ini dipersatukan oleh anak-anak bangsa yang terlahir dari daerahnya masing-masing untuk menuju kemerdekaan yang hakiki, hingga tercapainya kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia para tanggal 17 Agustus 1945.
Kesadaran anak bangsa yang berasal dari berbagai etnik daerah ini, sampai hari ini masih terjaga dalam suatu kedamaian, harmoni dan tenteram. Artinya apabila kita melihat proses ini kebelakang tentunya kemerdekaan yang diraih dilalui melalui proses perjuangan panjang terhadap penjajah dengan mengorbankan ribuan nyawa para pahlawan daerah.
Mengutip Indonesia.go.id, terdapat lebih dari 1.300 suku di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan masing- masing suku memiliki ciri khasnya tersendiri.
Suku Jawa adalah kelompok terbesar di Indonesia dengan jumlah yang mencapai 40,22 persen dari total populasi atau sekitar lebih dari 95 juta jiwa.
Kemudian disusul oleh Suku Sunda sebanyak lebih dari 36 juta jiwa. Di peringkat ketiga ada Suku Batak dengan lebih dari 8,4 juta jiwa.(Tempo, 29/10/2024)
Sadar atas keragaman Etnik dan Budaya
Apabila kita menyadari dan memahami secara realitas akan fondasi dan kekuatan bangsa kita secara nasional terdiri dari 1300 etnik dan budaya, kita akan selalu menjaga dan mempererat persaudaraan dengan saudara kita yang berbeda etnik dimanapun berada. Pasal 28I ayat (3) UUD 1945 Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
Kita meyakini suatu wilayah tertentu misal di Jawa barat etnik Sunda, tidak hanya orang Sunda saja namun kehadiran saudara kita dari berbagai etnik lainnya hidup dan tinggal bersama kita. Termasuk di wilayah tempat kita sekalipun saudara-saudara kita dari Batak, Minang, Gayo ada dan hidup berdampingan dengan kita.
Kesadaran ini tentunya menjadikan sebuah dasar prinsip hidup bagi kita, untuk tetap memperlakukan saudara kita dari ragam etnik yang berbeda sebagai bagian dari hidup kita dalam keseharian yang saling membutuhkan, melengkapi dan saling menyayangi satu dengan yang lainnya.
Pemahaman akan etnik budaya lainnya tentunya merupakan modal kita untuk dapat melihat secara jernih bahwa suatu keragaman perbedaan yang dimiliki, secara mendasar semuanya diikat oleh nilai-nilai universal yang sama yaitu, nilai kearifan lokal.
Menjadikan tempat tinggal kita dalam suasana harmoni dengan saudara kita lainnya dari etnik yang berbeda. Semuanya terkondisikan dalam sebuah keniscayaan karena semuanya terlahir dari rahim ibu pertiwi Indonesia.
Kalaupun terdapat persoalan yang ada ruang dialog secara manusiawi dan beretika masih dapat kita lakukan, mengingat nilai-nilai yang dimiliki oleh kita sebagai sebuah etnik bangsa memiliki nilai-nilai kearifan lokal komunikasi yang sudah sepatutnya kita kedepankan.
Apabila persoalan yang muncul antara kita dengan saudara kita dipisahkan oleh jarak, media sosialpun dapat kita gunakan sebagai salah satu media komunikasi digital dengan mengundang para pihak yang terkait dengan persoalan untuk duduk bareng bersama secara online menyelesaikan persoalan yang kita hadapi bersama.
Bijak menggunakan Media Sosial
Apapun yang kita lakukan melalui media sosial, gunakan secara hati-hati dan bijak. Termasuk didalamnya penggunaan komunikasi verbal dan verbal. Ke hati-hatian kita setidaknya kita turut serta memelihara suasana damai dan harmoni dengan saudara kita yang berbeda etnik.
Hal yang patut kita sadari, ketika berkomunikasi melalui media sosial seolah-olah kita berkomunikasi secara private dengan keluarga ataupun teman-teman kita. Padahal dalam waktu bersamaan posisi kita berada di ruang publik yang lebih luas, dilihat dan dikonsumsi oleh umum.
Biarkan kasus Resbobb berjalan sesuai dengan proses hukum yang sekarang sedang berproses di kepolisian hal ini dapat kita jadikan sebagai peringatan bahwa suatu emosi, arogansi, superior atas pihak lain janganlah dijadikan sebagai suatu pembenaran untuk mengungkapkan unek-unek kita secara liar dimedia sosial. Sebagai bangsa yang beradab kita wajib selalu mengedepankan nilai-nilai etika yang baik tanpa menyinggung etnik manapun dimanapun berada.
Redaksi Warta Perwira