22.10.2025
Bahasa Komunikasi Cenderung Tidak Netral

Ilustrasi proses komunikasi interpersonal (Dok : iStock)

WARTA PERWIRA.COM -Seringkali ketika kita bertemu dengan seseorang atau siapapun kita harus ber-Komunikasi sebagai proses prasyarat  hubungan yang akan kita bangun dalam rangka menjalin hubungan baik dalam kehidupan sosial. Proses komunikasi ini tentunya dilakukan secara intens sesuai dengan apa yang menjadi harapan dan tujuan kita.

Proses komunikasi yang dilakukan tidaklah monoton namun penuh dengan dinamika yang memberikan ruang terbuka berbagai sudut pandang, dari para pihak yang sedang menjalankan proses komunikasi tersebut.

Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi adalah melalui bahasa yang kita sampaikan. Bahasa sangat menentukan proses komunikasi itu sendiri, apakah akan berlanjut pada pemahaman makna yang sama dan diakhiri dengan saling pengertian sebagai dasar sikap bersama? atau sebaliknya? Termasuk dalam hal ini media massa, apakah berita-berita yang disampaikan selama ini netral?

Suatu bahasa dalam proses komunikasi tentunya digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu dari sumber informasi (komunikator) dengan kemampuannya menggunakan bahasa yang sangat menentukan hasil akhir dari komunikasi. Dalam hal ini terlihat jelas, apapun yang kita lakukan sebagai mahluk sosial. Komunikasi menentukan segalanya dalam perjalanan hidup kita.

Persoalannya ketika bahasa komunikasi yang kita gunakan tidak tegak lurus berdasarkan alur nalar-logika yang akan kita maksudkan. Ada hal-hal lainnya yang berpengaruh dalam proses komunikasi, beberapa diantaranya : ideologi, nilai, konteks, budaya, kepentingan Hal-hal tersebut berada dalam lingkup fungsi sosial dan tentunya memberikan daya tekan pemahaman tertentu bagi siapapun yang menjadi lawan bicara dalam proses komunikasi.

Hal tersebut selaras dengan pemikiran  seorang tokoh linguistik Max Halliday (2020) Ketika ikatan antara bahasa dengan fungsi sosialnya terungkap, ikatan bahasa dengan gejala lain di luar bahasa diketahui semakin banyak. Kelompok ini juga mengatakan bahwa bahasa ternyata juga memiliki ikatan dengan ide, keyakinan, nilai-nilai, dan praktik sosial.

Dalam sumber yang sama menurut Norman Fairclough mengungkapkan pemilihan kata berkaitan dengan upaya mengubah wacana yang akhirnya dapat mengubah praktik sosial terhadap objek tertentu yang dirugikan.

Secara kentara terlihat baik secara tekstual dan non tekstual makna bahasa dalam komunikasi selamanya tidak netral dan akan mempengaruhi pada sikap bagi para pihak yang berkomunikasi, baik dalam proses komunikasi interpersonal, kelompok maupun komunikasi melalui media massa. Hal ini berlaku dalam berbagai aspek kehidupan sosial.

Beberapa contoh kecil dalam kehidupan nyata sering kita temukan : Orang tua ketika sedang berkomunikasi dengan anak-anaknya dalam diskusi kecil adanya arahan-arahan tertentu agar anaknya wajib tunduk dan taat, berdasarkan rujukan role model tertentu. Seorang kakak memberikan nasehat normatif pada adiknya dengan menyelipkan nilai-nilai pengalaman dirinya sebagai salah satu daya untuk mempengaruhi, media massa menyampaikan berita tokoh-tokoh tertentu untuk mengarahkan suatu opini publik tertentu, untuk melakukan penggalangan dukungan dalam suatu pemilu-pemilukada.

Bahasa Komunikasi akankah selamanya tidak netral?

Sulit untuk mengatakan netral tidaknya suatu bahasa dalam komunikasi, karena setiap orang mempunyai kepentingannya masing-masing dalam mencapai tujuan hidupnya. Makna netral itu sendiri walaupun sudah dilakukan secara  netral dalam struktur kebahasaan belum tentu netral bagi yang lainnya. Dalam konteks inipun sudut pandang masing-masing orang sangat menentukan dalam memaknai netral.

Pemahaman seorang sumber informasi (komunikator)  dalam menyampaikan pesan melalui bahasa komunikasi yang jelas, lugas apa adanya disertai data-data bukti empiris senantiasa menjadi salah satu upaya dalam membangun suatu netralitas dalam berbahasa komunikasi.

Penggunaan bahasa komunikasi non verbal berupa simbol, lambang, gesture menjadi bagian yang tidak terpisahkan tetap kita gunakan didalam memaksimalkan pengertian-pengertian makna yang dapat dipahami secara umum. Sehingga tidak menimbulkan prasangka-prasangka tertentu.

Konsistensi pengunaan berbahasa komunikasi yang ajeg dan taat azas, menjadi salah satu modal penting sebagai bagian dari aspek keseriusan dan profesionalisme kita dalam memberikan pemahaman makna pada lawan bicara-publik untuk menumbuhkan dukungan sikap positif terhadap  hal apapun.

Memposisikan untuk senantiasa netral

Bahasa komunikasi mampu menciptakan keteraturan hidup  harmoni kehidupan sosial dan selamanya akan terbangun dengan baik serta senantiasa mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dimana hubungan yang dijalin melalui bahasa komunikasi sesuai dengan keteraturan struktur tata bahasa  yang baik, benar dan berlaku umum.

Pengaruh Ideologi, nilai, budaya,  kepentingan disesuaikan dengan konteks yang tidak terlepas dari inti pesan komunikasi yang disampaikan dan tetap relevan dengan harapan dan kebutuhan lawan bicara-publik yang menginginkan suatu informasi dan suatu perubahan.

Netral bagi kita selamanya tidak akan netral bagi yang lain namun selama nalar-logika kita bangun, dipahami dengan suatu konsistensi beserta dukungan data objektif dan disesuaikan dengan sudut pandang lawan bicara-publik. Netralitas akan hadir dengan sendirinya berdasarkan apa yang menjadi pemahaman publik secara umum.

(Redaksi Warta Perwira)

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *