04.08.2025
Panas Keringat Demi Keluarga

Foto : Agus Yanto sedang membantu mengatur lalu lintas jalan Baru dan jalan Cilebut kota Bogor, Senin 2/6/2025 (Warta Perwira)

BOGOR WARTAPERWIRA.COM-Pagi itu pukul 10.35  disela-sela lalu lalangnya kendaraan roda dua dan roda empat dibawah terik matahari yang terasa mulai  panas, terlihat seseorang dengan memakai topi warna putih, kaos hem lengan panjang abu  lusuh kena sengatan matahari sedang sibuk mengatur laulintas simpang tiga antara jalan Baru dan jalan Cilebut kota Bogor, Senin 2/6/2025.

Walaupun ditutup topi, sengatan matahari membuat kulitnya wajahnya terlihat sudah menua hitam legam air keringat terlihat menetes disamping kiri kanan dibawah topi yang dikenakannya, tarikan garis keriputnya sudah terlihat dibawah kelopak mata dan pipinya  seakan ingin menyampaikan pada kendaraan yang lalu lalang, bahwa dirinya masih mampu untuk membantu mengatur lancarnya lalulintas. Agar masyarakat dapat terbantu kelancarannya untuk menuju tempat tujuannya masing-masing.

Sebut saja namanya Agus Yanto 50 tahun panggilannya dikenal dengan nama Geboy atau Ateng, keberadaan dirinya mengatur lalu lintas simpang tiga jalan Baru dan jalan Cilebut dijalani sudah 3 tahun lebih mulai dari tahun 2023. Warta Perwira menemui Agus, disela-sela kesibukannya untuk sedikit dialog tentang keberadaan dirinya.

Menurutnya, “kegiatan membantu mengatur lalu lintas simpang tiga jalan Baru dan jalan Cilebut karena tuntutan hidup keluarga yang arus dipenuhi.” Semenjak putus kerja di pabrik sepatu, Agus bekerja serabutan apapun yang ditemui dikerjakan yang penting “halal dan berkah dari Allah SWT,” imbuhnya. Bekerja serabutan ini dilakukannya sebelum menjadi pengatur lalu lintas saat ini, karena tidak ada pekerjaan lainnya.

Agus tinggal dikedung Badak Tanah Sareal kota Bogor bertiga dengan kedua anaknya yang sudah besar yang pertama usia 21 tahun yang kedua 18 tahun sepasang, laki-laki dan perempuan. Anak yang pertama diberhentikan bekerjanya karena terkena perampingan kerja, yang kedua sudah tidak bersekolah lagi. Sedangkan istrinya telah meninggal pada tahun 2019.

“Berapapun kendaraan yang memberi uang pada saya, saya  terima dengan ihklaskarena merupakan hasil keringat  dan saya syukuri pada Allah SWT, yang penting masih ada rezeki:” demikian ungkapnya. Adapun Agus menjalani membantu mengatur lalulintas ini, diawali pukul 08.00 pagi sampai pukul 12.00 siang. Karena siang dan seterusnya ada teman-teman pengganti lainnya sampai sore.  “Harapan saya tidak muluk-muluk, ingin usaha kecil-kecilan buka warung, untuk menutupi dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.” Pungkasnya. Terlihat tatapan matanya kosong.

Inilah realitas hidup, semua manusia tetap wajib untuk menjalaninya dengan situasi dan kondisi apapun. Mungkin masih banyak keringat Agus-Agus lainnya di jalan raya yang mempunyai harapan yang sama, untuk hidup dengan baik dan layak. Tuhan YME selalu bersamamu Agus…

(Redaksi Warta Perwira )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *