
WARTAPERWIRA.COM, Sabtu (27/9) – Sejarah dunia mencatat, kepemimpinan tidak selalu ditentukan oleh usia. Banyak sosok muda yang muncul ke panggung politik dengan membawa harapan baru, energi segar, dan gagasan inovatif. Mereka hadir sebagai simbol perubahan, sekaligus pengingat bahwa kepemimpinan adalah soal visi, bukan hanya senioritas.
Resiko Di Balik Semangat: Tantangan yang Dihadapi Pemimpin Muda
Kebaikan pemimpin muda jelas terlihat. Dengan energi tinggi, mereka berani mengambil langkah cepat dan progresif. Jacinda Ardern, misalnya, menjadi contoh nyata bagaimana seorang pemimpin berusia 30-an mampu menunjukkan empati dan ketegasan ketika Selandia Baru menghadapi tragedi penembakan Christchurch. Begitu pula Sanna Marin di Finlandia yang dengan keterbukaannya terhadap digitalisasi pemerintahan, mampu menghubungkan negaranya dengan masa depan.
Namun, usia muda juga bukan tanpa risiko. Minimnya pengalaman kadang membuat pemimpin muda terburu-buru dalam mengambil keputusan. Lebih jauh lagi, mereka rentan dikendalikan oleh lingkaran dalam yang lebih senior. Sejarah mencatat, Kaisar Pu Yi di Tiongkok yang naik tahta sejak balita justru menjadi boneka politik hingga akhirnya kehilangan kuasa. Contoh ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang terlalu muda tanpa pendampingan bijak bisa berujung pada kegagalan.
Membentuk Pemimpin Muda yang Tidak Hanya Berani, tapi Juga Bijak
Di sisi lain, persoalan wibawa tak dapat diabaikan. Dalam masyarakat yang masih memandang senioritas sebagai ukuran, pemimpin muda kerap kesulitan mendapatkan penghormatan penuh. Akibatnya, kebijakan yang mereka dorong bisa menghadapi resistensi hanya karena dianggap “terlalu muda untuk memimpin”.
Meski demikian, usia seharusnya bukan satu-satunya tolok ukur. Yang lebih penting adalah kemampuan mendengar rakyat, kecerdasan mengambil keputusan, serta integritas dalam menjalankan amanah. Dunia telah membuktikan, baik pemimpin muda maupun tua, sama-sama bisa berhasil atau gagal tergantung pada kualitas kepemimpinannya.
Kini, tantangan terbesar adalah bagaimana menyiapkan generasi muda agar tidak hanya semangat, tetapi juga matang dalam visi, bijak dalam tindakan, dan tegas dalam menghadapi tekanan. Karena pada akhirnya, kepemimpinan sejati lahir bukan dari usia, melainkan dari pengakuan rakyat dan keberanian membawa perubahan.
(Redaksi Warta Perwira)