03.08.2025
Mal 2

Ilustrasi Rojali-Rohana di sebuah Mal ( Sumber : iStockphoto)

WARTAPERWIRA.COM-Saat ini di ruang publik sedang tren istilah Rojali Rohana, suatu rombongan orang-orang yang kerap muncul di pusat-pusat perbelanjaan hanya sekedar berjalan-jalan menikmati suasana mal (pusat perbelanjaan), ada juga rombongan yang memasuki mal hanya sekedar ingin  mengetahui suatu produk sebatas bertanya dan tidak ada keinginan untuk membeli produk tersebut.

Fenomena Rojali-Rohana ini, menyasar pada tempat-tempat ramai yang menjual  produk-produk massal bagi masyarakat. Latar belakang mereka belum ada suatu riset yang menjelaskan hal itu. Bisa jadi tua-muda, beragam latar belakang ekonomi, kebutuhannya apa tidak pernah ada yang tahu. Namun selama mereka hadir berombongan dan memasuki pusat perbelanjaan ataupun toko-toko, restoran dan hanya sekedar muncul tidak melakukan transaksi pembelian, publik  menyematkannya  sebagai Rojali-Rohana.

Dari beberapa fakta di lapangan yang dirasakan oleh para pengusaha retail mengalami penurunan, terutama penurunan akan permintaan. Penurunan ini tentunya akan mengakibatkan pada dampak lainnya, operasional usaha akan mengalami defisit karena tidak ada pemasukan dari para konsumen. Seperti dilansir dalam (Tempo, 29/7/2025) Peneliti dari Center of Economic and Law Studies Jaya Darmawan mengatakan fenomena ini erat kaitannya dengan perilaku ekonomi masyarakat yang kerap membandingkan harga di toko retail dan gerai penjualan online. Tidak sedikit masyarakat datang ke mal atau supermarket hanya untuk memeriksa harga barang, tapi membeli barang itu di platform e-commerce.

Yang jelas, kata Jaya, fenomena Rojali-Rohana mesti menjadi perhatian pemerintah karena bisa berdampak panjang. Jika tren ini terus berlanjut, omzet pengusaha retail akan menurun dan berdampak panjang, seperti pemutusan hubungan kerja karyawan sektor retail.

Apabila kita telaah sedikit lebih jauh, biasanya kunjungan orang-orang ke Mal didasari oleh adanya motivasi kebutuhan yang menjadi dasar, sehingga orang-orang datang ke Mal untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan dasar maupun kebutuhan yang lainnya. Mensitir pemikiran Abraham Maslow ada sedikit relevansi dengan fenomena Rojali-Rohana, apabila dikaitkan dengan Teori Hierarki kebutuhan.

Dalam teori Hierarki kebutuhan  manusia menurut Maslow di urutkan menjadi lima dari hal yang terdasar berupa kebutuhan : fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

Relevansi Rojali-Rohana dan Abraham Maslow

Secara fisiologis (kebutuhan dasar), yang menjadi prioritas mereka tentunya sudah terpenuhi,  jelasnya sudah terpenuhi  minimal secara biologis dan fisik seperti makan, minum. Namun dalam konteks Rojali-Rohana sebaliknya kebutuhan ini bagi sebagian adakalanya belum terpenuhi, mengingat harga-harga produk ekonomi berupa barang-barang yang dibutuhkan harganya tidak terjangkau.

Dalam kebutuhan yang kedua rasa aman, akan terlihat kaitan kehadiran Rojali-Rohana. Dalam fase ini bisa jadi Rojali-Rohana hadir ke Mal hanya sebatas survei untuk mencari tahu saja mengenai suatu informasi. Kehadiran mereka di Mal misal untuk mencari promo-promo mengenai asuransi kesehatan, pensiun untuk memilih dan memilah produk asuransi yang cocok dalam menjamin kehidupannya. Bisa juga Rojali-Rohana ini  mencari makanan hanya sekedar perbandingan harga, membelinya di tempat lain.

Rasa cinta dalam kebutuhan yang ketiga, secara jelas  tergambarkan kedatangan Rojali-Rohana ke Mal tidak perorangan ataupun berdua, namun berkelompok. Dikaitkan dengan kebutuhan akan rasa cinta, manusia cenderung ingin saling diperhatikan, diakui, dan dianggap dalam suatu kelompok yang penuh dengan rasa kebersamaan. Begitu pula Rojali-Rohana berusaha mempertahankan  keberadaan diri dalam kelompoknya, walaupun harus dilakukan penuh dengan kepura-puraan.

Kebutuhan ke empat  untuk mendapatkan penghargaan, beririsan dengan kebutuhan aktualisasi diri yang kelima. Disana ada aspek pengakuan, kebanggaan diri yang dihadapkan oleh setiap orang pada kelompoknya Rojali-Rohana. Hal ini dapat terlihat ketika mereka berada di outlet toko menawar harga suatu produk pada penjual yang berakhir dengan ketidaksepakatan untuk membeli. Selintas terlihat seolah-olah mempunyai kemampuan, padahal uang untuk membeli tidak cukup atau diperhitungkan untuk kebutuhan lainnya.

Dalam aktualisasi diri, kehadiran Rojali-Rohana ini ke Mal adalah sebagai ungkapan untuk menjaga citra diri karena masing-masing status perannya dalam wujud mempertahankan harga diri, berpura-pura masuk ke ruangan ataupun bertanya tentang harga produk suatu barang untuk tetap mempertahankan citranya diantara orang-orang rombongan sekitarnya. Walaupun disadari antara mampu dan tidak untuk membeli suatu barang bisa saja sebenarnya.

Kebutuhan psikologis sebagai penguat utama Rojali-Rohana

Kehadiran Rojali-Rohana tidak semata-mata aspek ekonomi, namun aspek kebutuhan secara psikologis mempunyai andil menentukan keberadaan Rojali-Rohana. Tidak membeli barang maupun hanya sekedar bertanya, bisa jadi semuanya dikemas oleh masing-masing  individu yang ada dalam rombongan untuk mempertahankan keeratan hubungan yang telah dibangun selama ini.

Nilai-nilai kesamaan hidup dalam kelompok (rombongan) tentunya terjalin bukan dalam kurun waktu yang singkat, tapi dalam proses panjang selama diantara mereka untuk menjaga ikatan interaksi komunikasi diantara satu dengan yang lainnya.

Kalaupun Rojali-Rohana hanya sekedar datang sambil lalu pada suatu outlet toko tentunya lebih baik daripada memperbincangkan mereka terkait dengan menurunnya permintaan. Namun ada yang lebih baik, kehadiran mereka berombongan membuat suasana pengunjung dipusat perbelanjaan menjadi ramai dan akan memancing pengunjung-pengunjung lainnya untuk berdatangan.

Pertanyaan adalah, adakah Rojali-Rohana itu benar-benar muncul saja, tidak ada satupun yang membeli? Tentu kita meyakini pasti ada diantara mereka atau beberapa diantara mereka yang membeli pada outlet-toko yang berbeda masih dalam kawasan pusat perbelanjaan yang sama. namun tidak terlihat oleh kita mengingat kondisi masing-masing Mal besar.

(Redaksi Warta Perwira)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *