20.07.2025
Media Massa diantara Idealisme dan Komersialisme

Media Massa Pers (Sumber: Freepik)

WARTAPERWIRA.COM Mohammad Shoelhi (2014) mengemukakan bahwa idealisme tanpa komersialisme hanyalah sebuah ilusi. Karena jika pers mengutamakan segi idealisme saja, pers tidak akan hidup lama. Sedangkan jika perusahaan pers hanya mengutamakan segi komersial, pers hanya akan menjadi budak bagi pembayarnya. Ungkapan diatas masih sangat relevan bagi kehidupan Media massa   saat ini, ketika ceruk iklan semakin ketat dalam persaingan antara media massa, ditambah berkurangnya anggaran publikasi pemerintah terkait dengan kebijakan efisensi anggaran.

Tentunya bukan merupakan persoalan mudah bagi media massa dalam proses fungsinya karena terkait dengan perjalanan ke depan, namun apapun itu fungsi pers harus tetap berjalan dalam rangka memberikan pencerahan dan penguatan bagi masyarakat. Penulis teringat kata-kata salah satu direktur  pemberitaan salah satu  media besar di Indonesia, saat itu memberikan materi kuliah bagi mahasiswa S2, kata-katanya adalah, tidak mudah memang pers dalam menjalankan fungsinya, ketika idealisme kita tampilkan dengan full mengenai konsep jurnalistik yang ideal, namun ketika realitas menuntut media massa untuk bertahan hidup, mau tidak mau harus seimbang antara idealisme dan komersialisme.

Fungsi media massa  secara idealisme harus mampu menampilkan nilai-nilai yang menjadi ciri khas suatu berita, objektifitas, netralitas, keberimbangan, independensi  dan selalu mengedepankan etika jurnalistiknya. Namun disisi lain harus dapat pula memperhitungkan tingkat kesukaan dan keterbacaan publik, semakin banyak publik yang mengkonsumsi media pers semakin baik positionnya diruang publik. Hal ini akan berelasi dengan masuknya para sponsor atau pengiklan  ketika tingkat kesukaan dan keterbacaan secara stabil memperlihatkan pembaca dalam jumlah besar, akan semakin banyak para pengiklannya, kepentingan-kepentingan komersial mulai masuk dengan memasuki ranah-ranah konten melalui settingan  berita yang di konstruksi dengan pesan-pesan sponsor.

Meminjam pemikiran Mc Quail (2012) Media diibaratkan sebagai barang dagangan oleh pemiliknya. Semakin ke sini, media semakin tak mampu mengelak dari kepentingan (kebutuhan) ekonomi dan politik. Komersialisasi atas nama kepentingan pasar telah mengkondisikan institusi media sebagai – meminjam istilah McQuail – bisnis yang tak biasa.

Publikpun akan dibuat bingung, untuk membedakan antara berita murni dengan berita-berita yang mengarah pada publisitas ataupun advertorial. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kedalaman dan kualitas berita oleh media massa. Yang terjadi publik tidak akan mendapatkan kontribusi pemberitaan yang berkualitas, yang ada adalah publik disuguhi produk-produk pengiklan secara halus.

Suatu kondisi realitas yang tidak dapat dihindari oleh para pengelola media massa. Ketika idealisme di sajikan secara penuh dan ketat, publik khususnya pembaca akan mengalami kejenuhan karena disajikan hal-hal yang serius. Di sisi lain publik juga membutuhkan informasi-informasi yang mampu memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari ataupun hiburan. Disinilah nilai-nilai komersialisme secara perlahan masuk ranah teks-teks berita ataupun tampilan visual berita.

 Idealisme dan komersialisme bagian media massa  tak terpisahkan

Dalam prosesnya kedua aspek ini selalu berjalan beriringan, ketika proses pemberitaan akan diolah dan akan di jadikan tayangan suatu berita. Idealisme memberikan dasar dan nilai-nilai hidup tentang konsep jurnalistik bagi seluruh pengelola manajemen redaksi. Diawali  liputan peristiwa dilapangan, dikumpulkan oleh wartawan,  diolah oleh redaktur sekaligus diberikan kebijakan redaksi oleh pimpinan redaksi untuk kemudian dijadikan berita. Prinsip-prinsip idealisme menjadi hal utama.

Dalam konteks komersialisme, secara realitas ada ruang-ruang yang tetap menjadi perhatian manajemen redaksi : kegiatan wartawan ke lapangan, telusuran berita-berita liputan  mendalam, berita investigasi, stabilitas kondisi fisik semua manajemen redaksi. Juga harapan masa depan mereka tentunya hal itu semua memerlukan pemasukan pendapatan pada media massa itu sendiri, yang akan dialokasikan kembali berupa transport, uang makan, tunjangan jabatan, kesehatan dan gaji hal-hal itu salah satu sumbernya dari pengiklan atau sponsor.

Memang sumber-sumber media massa saat ini dapat di gali dari beberapa sumber selain dari pengiklan. Beberapa diantaranya : Pembaca berlangganan, pembaca secara sekilas akan disuguhi berita namun apabila ingin membaca lebih detail diharuskan untuk berlangganan melalui discount harga langganan per tahun, donasi dari pihak ketiga lembaga pemberi hibah tanpa ada persyaratan tertentu, jurnalisme warga yang dijadikan komunitas media massa dengan iuran keanggotaan secara suka rela setiap tahun tentunya layak untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif pemasukan. Namun besaran pemasukan masih besar pemasukan dari pengiklan, apalagi bila pengiklannya banyak dan sewa ruang pada ruang-ruang utama komersial.

Idealnya aspek idealisme dan komersialisme

Sikap media massa  menghadapi dua benturan aspek ini, tentunya merupakan suatu tantangan tersendiri dan bagaimana suatu komitmen untuk tetap dipegang, terutama didalam menjalani fungsi media massa dalam kesehariannya secara konsisten dan senantiasa menjaga kualitas luarannya berupa karya jurnalistik yang baik. Namun disisi lain media massa  juga harus mampu menempatkan kepentingan komersialisme secara proporsional secara berimbang dengan kepentingan aspek idealisme.

Tantangan terbesar adalah bagaimana tetap relevan dan berkelanjutan  secara keuangan tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar jurnalisme yang berpihak pada kebenaran dan kepentingan publik. Masa depan media massa  yang berkualitas sangat bergantung pada kemampuan manajemen redaksi untuk mengelola benturan kepentingan dua aspek diatas secara bijak dan berani.

(Redaksi Warta Perwira)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *